Minggu, 06 April 2008

Anda menderita asam urat atau rematik?

Penyakit rematik terdiri dari berbagai penyakit yang sebagian besar melibatkan persendian, baik yang sumber utama kelainannya berada di persendian maupun penyakit yang sumber utamanya di luar sendi. Penyakit rematik yang bersumber di luar sendi misalnya penyakit lupus (SLE).
Penyakit rematik persendian tidak berkaitan lengsung dengan faktor usia, walaupun sebagian besar penyakit itu diderita orang-orang tua. Penyakit rematik persendian (artritis) meliputi osteoartritis, artritis reumatoid, spondiloartrosis (kekakuan tulang belakang). Penyakit yang mengenai matriks tulang adalah osteoporosis (penurunan kepadatan matriks tulang).
Osteoartritis (OA) memiliki dasar kelainan berupa peradangan pada tulang rawan sendi sampai kerusakan atau bahkan hilangnya rawan sendi. Peradangan tersebut dapat menghasilkan timbunan cairan (bengkak) di rongga sendi, atau bahkan hilangnya cairan (penyempitan) rongga sendi.
Asam urat adalah sampah (hasil metabolisme) makanan yang mengandung purin. Asam urat dalam darah meingkat apabila belum sempat dikeluarkan melalui air kencing. Jadi kadar asam urat di dalam darah bersifat situasional/sesaat, yakni terutama saat sesudah makan.
Istilah asam urat sebetulnya kurang benar. Dalam bahasa Indonesia urat berarti serabut, misalnya urat saraf, urat otot, bahkan ada istilah bakso urat.
Asam urat dalam bahasa Inggris adalah uric acid, tetapi diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai asam urat.

Sabtu, 05 April 2008

kompleksitas tubuh manusia

Kebanyakan orang beranggapan bahwa apa yang dirasakan di tubuhnyamerupakan satu penyakit. Dan mereka juga menganggap bahwa penyakit itu selalu kasat mata, bisa dilihat. Oleh karena itu, sebagian besar pasien selalu minta diperiksa Rontgen, periksa USG, periksa ini itu, dengan harapan mereka juga dapat melihat gambar penyakitnya.
Penyakit merupakan sindrom, yakni gabungan berbagai keluhan. Artinya, satu jenis penyakit dapat menimbulkan berbagai keluhan dan rasa di tubuh. Apalagi kalau ditambah dengan kondisi kecemasan si pasien, maka keluhana yang timbul biasanya tidak sebanding dengan keparahan penyakitnya.
Persepsi pasien terhadap apa yang dirasakan tubuhnya tentu saja ikut mempengaruhi keberhasilan pengobatan. Orang awam bilang sugesti. Memang, pasien berobat dengan tujuan utamanya adalah menghilangkan keluhan dari tubuhnya. Namun, apabila masih ada perasaan cemas, gelisah dari pasien tentu saja hasil pengobatan menjadi kurang efisien. Apalagi kecemasan akan menimbulkan rasa kurang puas pasien, sehingga akan cenderung mencari pengobatan yang lain. Hal ini membuat pasien meminum obat tidak sesuai anjuran, atau bahkan berganti-ganti obat.